Oh ya ini tulisan coret-coret iseng yang kubuat dari lubuk hati sa'at liburan semester kali ini
cerita fantasy, yang adek ku juga suka baca :)
Dunia
Musik untuk Melody
“Melody
!!” Suara itu lagi
– lagi melengking di pagi
hari, menggema di seluruh
sudut ruangan, berbaur dengan hiruk
pikuk jalan raya
yang kian padat
“Hah,hhhhhhh,
ya
bunda?” Masih dengan nafas
tersenggal, aku menjawab dari kamar mandi
paling ujung. Aku
baru saja, selesai membenamkan wajahku di bak mandi, hal
buruk yang biasa kulakukan, meski bunda
selalu melarang.
“This is real, this
is me, I
am exactly where I
am supposed to
be know.” Aku
masih bersenandung sambil
bergegas keluar. Seketika
nyanyianku berhenti sa’at
melihat Kak Raka
dengan wajah menyeringai
di balik pintu
membuatku hampir saja
sakit jantung.
“Udah Keluar
tuan putri, kenapa
g’ tidur aja
sekalian di kamar
mandi.” Ujarnya sinis,
meraih kasar tanganku.
“Sayangnya tuan
Putri udah nggak
ngantuk lagi, weeeeeek”
Ujarku setelah puas
mencibirnya, hingga ia
marah besar. Aku
terus bersenandung melanjutkan
langkahku, tak lagi
menghiraukan ocehanya. Saking
asyiknya dengan earphoneku
aku tak memperhatikan
jalan hingga tanpa
kusadari kakiku terantuk
kotak kayu.
“Aduh!!
Siapa sih, yang naruh kotak
sembarangan pasti kerja’anya
kakak” Masih dengan
kesal aku memongut
kotak kecil yang
bentuknya tampak unik
dari luar, membuatku
tertarik untuk membukanya. Kudengar
sebuah harmoni di
dalamnya, lagu yang
sepertinya amat familiar
denganku.
“Melody,
jam berapa ini,
kamu bisa telat.”
Suara Bunda lagi
- lagi membuat
telingaku berdecak kagum
alias berdengung, mengagetkanku
yang akhirnya mulai
memperhatikan jam dinding
di atas meja
belajar.
“Kamu yang
namanya Melodi itu
kan?”
Kak Erika
adalah cewek paling
perfect dengan suara
sempurna yang pernah
dimiliki ekskul music
sekolahku. Sayangnya suara
indahnya itu benar
- benar tak
sama dengan perangai
buruknya yang melebihi
kejamnya ibu tiri. Hari
ini ia mempermalukanku habis – habisan di
depan semua anak
music.Ia menganggapku amat
berani mengambil resiko
ini. Baginya aku
hanyalah anak malang
yang g’ tau diri,
karena aku mendaftar
lomba music menantangnya
2 hari lalu. Ditambah
lagi dengan semua
anggota music yang
selalu berpihak denganya,
jadilah di sana
aku hanya jadi
objek lelucon untuk
memuaskan hati mereka.
“Hai kotak
kecil, dapatkah kau
tunjukkan lagu itu
lagi padaku. Hari
ini aku sangat
tidak bersemangat.” Aku
membukanya lagi, dan
kali ini bukan
suara indah yang
muncul dari dalamnya melainkan
sebuah surat mungil
yang tak pernah
kulihat sebelumnya.
“Hai ! Princess Melody
senang bertemu denganmu.
Salam hormat dariku.
Wentz” Isi dari
surat itu semakin
membuatku bingung.
“Hah? Wentz?
Siapa itu Wentz”
“Aku Wentz,
tuan putri, kau
memanggilku.” Tiba – tiba
aku mendengar suara
lelaki di belakangku,
yang bersikap sangat
aneh.
“Ma’af, tapi
aku tidak mengenalmu?
Siapa tadi namamu?
Wentz? Dan namamu
juga cukup aneh.”
“Untuk sebuah
imajinasi kau tak
perlu memandang aneh
untuk setiap hal,
tuan putri.”
“Hah? Siapa
sebenarnya kau? Jangan
membuatku bingung.”
“Berapa kali
aku harus bilang
bahwa namaku Wentz
aku ditugaskan menjadi
pengawal pribadimu.” Aku
mulai berfikir gila,
tak mungkin bundaku
akan mampu membayar
pengawal pribadi sepertinya.
Apalagi kakakku.
“Ikutlah denganku
tuan putri, semua
sudah menunggumu.”
“Kemana kau
akan membawaku?”
“Tempat yang
akan mengubah persepsimu,
yang mulia.”
Tanpa menunggu
lama lagi ia
membawa tanganku pergi,
berlari sekencang mungkin,
beterbangan dengan angin
seakan tengah menembus
dimensi lain. Aku
terkejut melihat tempat
yang kini sedang
kupijak, sa’at menembus
semak belukar, di
seberang taman, aku
berada di tempat
aneh, beralaskan awan.
“Dimana aku?
Tempat ini indah
sekali?”
“Yah, di
seberang sini, mungkin
masih tampak indah
Yang Mulia namun
kau belum masuk
ke dalamnya.” Ia
bersiul seperti memanggil
sesuatu. Seketika muncul
sebuah karpet terbang
melayang cepat di
hadapanku. Went’s mengajakku
untuk menaikinya meskipun
aku tampak ragu
dengan usulnya itu.
Ini adalah
pengalaman terbang pertamaku.
Aku tak percaya
ini nyata atau
tidak, namun aku
sangat senang, mimpiku
menjadi burung telah
terwujud. Wentz menepuk
bahuku, menghentikan lamunanku
sejenak. Ia menunjuk
ke bawah, Wentz benar
semakin jauh aku
terbang, aku dapat
melihat betapa tersiksanya
dunia ini, semuanya
meranggas kekeringan. Wenz
mengajakku berhenti di
suatu tempat. Tempat
yang membuat bulu
kudukku berdiri. Di
sini sangat gelap
dan dingin, di
ujung sana tampak
seekor beruang grizzly
menatap garang ke
arahku.
“Siapa dia
Wentz?” Sejenak aku
terkejut melihat beruang
yang bisa berbicara.
“Dia orang
yang dapat menyembuhkan
anakmu.”
“Bisikkanlah ia
sebuah lagu tuan
putri” Wentz menunjuk
ke arah beruang
kecil yang tampak
lemah.” Aku duduk
di sampingnya, mengusap
lembut kepalanya dan
berbisik lembut di
tellinga kecilnya. Ajaibnya, ia
bergegas bangun dan
berlari – lari kecil ke
arah ibunya.
“Ia tampak
sehat terima kasih
tuan putri. Aku
tak percaya kau
akan datang. Tolonglah
kami Yang Mulia,
kau harus segera
menghentikan Putri Alicia
dengan cahaya harmoni
ini, aku menemukanya
jatuh sa’at ia
memberantas desa ini,
sebelum dia bernyanyi
di upacara penobatanya
sebagai ratu, jangan
sampai mahkota itu
terpasang indah di
kepalanya, jika tidak
semuanya akan berakhir. ”
Ujar beruang itu,
memohon.
“Kau dengar
sendiri kan Putri,
kita harus bergegas.”
Wentz meraih tanganku
dan kembali melesat
cepat dengan karpet
terbang.
“Apa kau
fikir aku bisa
Wentz? Kau bilang
ini dunia indah
dengan music sebagai
nyawanya. Bagaimana jika
suara Alicia lebih
bagus dariku. Aku
tidak akan bisa
menolong mereka.”
“Ini bukan
tentang indah atau
tidaknya tuan putri,
semua hal yang
tulus dari naluri
hati akan mengalahkan
kekuatan apapun, seperti
halnya menyanyi, menyanyilah
jika kau memang
suka, jika memang
itu jiwamu, selama
kau menggunakan hati,
selama kau percaya,
bahwa kau akan
membuat orang bahagia
dengan suaramu, maka
lakukanlah yang terbaik.”
“Terima kasih Wentz.” Ia
tersenyum memandangku.
“Kita sudah
sampai tuan putri.”
Ia dengan sigap
membawaku menuju ruang
aula istana, para
pengawal mulai menyadari
kehadiranku dan Wentz,
mereka berusaha menangkap
kami.
“Baiklah dengan
ini aku akan
mengangkat Putri Alicia
sebagai……………………..”
“Tunggu!” Semua
orang terkesiap melihat
kedatanganku. Aku terkejut
melihat wajah Alicia
yang mirip sekali
dengan Erika, kakak
kelas songong itu.
“Putri Melody.
Bagaimana mungkin kau
ada di sini.” Alicia
tampak ketakutan, berlari
menuju ke arahku
mencoba melukaiku.
“Hahahahahaha!
Kau mencoba melawanku
Wentz, dan kau
Putri lemah yang
tak tau diri,
suaramu tak cukup
indah untuk melindungi
negeri ini, kau
tak pantas menjadi
pemimpin.”
“Aku tak
perduli, dengan kata – katamu! Aku
tak akan menyerah
sebelum mencoba, selama
aku menyanyi dengan
tulus aku akan
menunjukkan padamu, apa
yang seharusnya kau
sampaikan sa’at benyanyi?” dengan
cepat kubuka tutup
botol cahaya harmoni
dan kuarahkan padanya.
Semuanya tampak terkejut,
Alicia menjerit kesakitan, dan tubuhnya
hilang tergantikan oleh
debu cahaya yang
mulai beterbangan.
“Hidup Putri
Melody.” Semua orang
mulai bersorak. Aku
amat bahagia, hingga
tak sengaja memeluk
Wentz.
“Ma’af Wentz,
aku sangat bahagia.”
“Kau berhasil
tuan putri, hanya
kau yang bisa
membuat cahaya harmoni
itu hidup. Sekarang
menyanyilah untuk mereka,
bebaskan negeri ini.”Sa’at aku
akan bernyanyi, tiba – tiba
……………………
“Aduh!” Aku
tak percaya dengan
apa yang terjadi,
aku terjatuh dari
tempat tidur. Apa
ini semua hanya
mimpi. Satu hal
yang kudapatkan sebagai
pelajaran. Semua orang
bisa bernyayi, tak perduli
seperti apa orang
menilaimu, lakukanlah yang
terbaik, aku tak
lagi takut menghadapi
Erika untuk kontes
menyanyi besok. Terima
kasih untuk Dunia
musikmu Wentz.
Lanjuut , yah cerita di bawah ini seenarnya mau aku bikin novel, dan ini merupakan part pertamanya ya cuma asal-asal aja dulu, meski kalau buat aku slalu berhenti di tengah dengan ending belum jelas, tapi namanya juga masih belajar jadi penulis. GANBATTE aja dech, hehehehehe :)
Gadis Kecil itu
Hari
ini waktu berjalan layaknya setengah abad, terasa sangat lama. Bahkan setelah
beberapa detik berlalu, aku kembali melirik jam tangan yang melingkar indah di
tangan. Masih terlalu pagi untuk bergegas. Aku kira, aku akan santai sejenak di
taman kota ini. Langit terlalu gelap, jam 7 pagi namun tampak seperti jam 6
sore, membuat senyumku redup beberapa saat. Baiklah, untuk sesa’at aku ingat
kata seorang gadis kecil, yang berujar lucu dengan noda es krim di mulut
imutnya.
“Kak,
anak itu bilang, hatinya meleleh seperti es krim sa’at melihatmu tersenyum.”
Aku kembali tersenyum simpul mengingat kejadian itu. Aku mengusap mataku yang
mulai berair dan menguap berkali-kali, rasa kantukku kembali mengusik.
Kupandangi jalan setapak di sekelilingku, rumput-rumput masih basah oleh embun,
meski suasana mendung menyelimuti bumi, tak menghalangi mekarnya bunga-bunga di
samping bangku kayu yang ku duduki . Baunya makin semerbak, sa’at perlahan
kuhela nafas panjang. Tak kusangka, orang-orang akan jauh lebih banyak,
biasanya hanya aku dan dua orang bersaudara di seberang sana, yang akan
memadati tempat ini. Kenyata’anya mereka mungkin menyadari pentingnya santai
sejenak di tengah jantung kota yang masih sejuk , dari sekian banyaknya asap
polusi yang meracuni udara.
Pandanganku
masih tetap menyisiri sudut-sudut taman, melihat wajah-wajah baru yang tak
pernah kulihat sebelumnya. Perhatianku berhenti pada sebuah bangku warna biru
muda, tepat di samping 2 anak kecil yang sedang bertengkar, tak mau mengalah
satu sama lain.
“Ini
sepedaku! Main bola sana!” Anak itu kembali merajuk sambil menatap tajam
saudaranya yang masih bersikeras memegang kemudi sepeda.
Bukanya
2 anak lelaki itu yang tengah kusaksikan, namun seorang gadis yang duduk dengan
tatapan kosong, tanpa ekspresi. Tampak datar, dan putus asa, dari jarak sejauh
ini aku bahkan dapat merasakan kesedihan yang ia simpan di raut mukanya yang
kusam itu. Yah, parasnya kuyu, seperti baru bangun tidur dan tidak cuci muka,
meski tubuhnya sehat dan bisa dibilang gemuk, tak sebanding dengan pembawa’anya
yang lesu.
Namun sesungging senyum muncul sekilas di pipi
chubbynya, yang mungkin bisa kuanggap imut jika ditatap lamat-lamat, ia tampak
tertarik melihat pertengkaran 2 anak kecil dihadapanya itu.
“Sudah
aku bilang, pergi sana!!” Anak kecil itu semakin berang, mendorong saudaranya,
hingga jatuh tersungkur di tanah. Gadis itu Nampak terkejut, namun ia tak
beranjak dari tempat duduknya, meski dalam keada’an gelisah, ia terlihat
bingung dengan apa yang harus dilakukan. Melihat lututnya berdarah, anak itu
menangis sangat keras kesakitan. Segera aku bergegas menghampiri mereka,
menyentuh lembut pundak si kecil yang mendorong saudaranya tadi.
“Bukankah
saudaramu bisa bergantian, bermain sepeda, sesama saudara harus adil, saling
berbagi, kau tak kasihan melihatnya menangis.”
“Iya, Ma’afkan aku
ya Sally” Ia tampak menyesal
Aku jongkok dan
membantu Sally bangkit, sejenak aku menatap gadis yang kuperhatikan sejak tadi,
Ia berada di depanku, dengan tatapan kaku ia beradu pandang denganku. Dan aku
benar-benar tak percaya dengan apa yang dilakukanya kemudian. Ia menyodorkan es
krim coklat yang meleleh, membasahi tanganya
Yang di bawah ini bukan cerpen, tapi Puisi Ramadhan.
CAHAYA DALAM REMANG
Aku urung dari segala
kebenaran
Aku muncul dalam gelap
nada
Dan melodi yang
menyakitkan
Ini hanya salah satu
dari sebuah
Kesesatan dan
kegelisahan
Yang selama ini
kulindungi
Untuk sebuah detik yang
sia-sia
Tuhan, jalan hidup
hamba begitu curam
Tak ada riang yang
terjamah, hanya mimpi buta yang menyesatkan
Aku menyadari bahwa
ketenangan hanya ada pada-Mu
Sa’at kami mengagungkan
nama-Mu
Di tengah indahnya
penantian Ramadhan yang suci.
Baiklah.........
Demikian cerita saya tentang puisi dan cerita yang saya buat.
Semoga berkenan di hati dan membekas di memori hehehehehe
Se you, Bye bye :)
Demikian cerita saya tentang puisi dan cerita yang saya buat.
Semoga berkenan di hati dan membekas di memori hehehehehe
Se you, Bye bye :)
0 komentar:
Posting Komentar