Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Sabtu, 10 Mei 2014

Tanaman Hias Daun







Temen-temen semua kali ini aku mau bahas, tentang tanaman hias, ya........aku g' terlalu suka tanam menanam sih cuman seneng aja ngeliatin ibuku yang hobi banget sama tumbuhan satu ini. Rumah aku juga jadi adem nih, kata temen-temen kalau lagi maen ke rumah, meskipun cuacanya lagi musim kemarau nih.
Oke, ini ada beberapa informasi dari beberapa sumber mengenai tanaman, yuk cekidot.........
Pengertian dari tanaman hias yaitu tanaman bunga bungaan yang berbentuk unik dan khas yang digunakan sebagai dekorasi atau hiasan, baik di dalam maupun diluar ruangan untuk memperindah, mempercantik serta memiliki nilai lebih dari tanaman lainnya. ( Hj. Hitammanis. S.Pd ).

adapun pengertian dari tanaman hias menurut wikipedia antara lain Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah, batang, bahkan pepagan dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan. Sebagai contoh, beberapa ranting tumbuhan yang mengeluarkan aroma segar dapat diletakkan di ruangan untuk mengharumkan ruangan dapat menjadikannya sebagai tanaman hias.

Dalam arsitektur lansekap, bentuk dan penempatan tanaman hias menjadi pertimbangan yang penting. Isu lainnya yang penting dalam tanaman hias adalah habitat alami yang disukai tumbuhan tersebut serta bentuk tajuk yang dimilikinya. Dalam pengertian ini, tanaman hias dapat mencakup pula tanaman tepi jalan serta tanaman penaung (di ruang terbuka).




Tanaman hias yang bermanfaat

Tanaman Bunga Bougenville.
Tanaman ini selain punya bentuk yg indah, gampang hidup, bisa di modifikasi warna dan bunganya juga berfungsi sebagai filter debu untuk rumah kita.Selain itu tanaman ini tidak terlalu besar dan akarnya pun tidak merusak pagar atau tembok rumah karena akarnya yg lembut tapi kuat. Kalau halamannya lumayan besar, menurut saya pohon palem sangat bagus dan dapat membuat kesan indah/asri. Untuk tanaman kecil lainnya, banyak sekali yang bisa ditanam contoh : anggrek, mawar, melati, alamanda, kembang sepatu, dll 

Tanaman Peneduh Pohon mangga 
Gampang merawatnya, cocok untuk peneduh, dan tentunya bisa dinikmati buahnya. Pohon peneduh menciptakan “iklim” mikro, sehingga angin yg masuk ke pekarangan dan ke dalam rumah akan lebih sejuk karena telah mendapat bulir2 uap air, mangga adalah salah satu yg tajuk pohonnya tepat sbg peneduh. 

Tanaman Penyerap Racun 
Tanaman hias dan bunga yang memiliki fungsi sebagai penyerap racun antara lain: lidah mertua, krisan, lidah buaya, sansiviera, andong, aglonema, beringin. Bahkan lidah mertua mampu menyerap logam berat seperti timbal yang paling berbahaya yang ada di udara. Jenis aglonema sangat cocok ditanam di sekitar rumah bagi perokok karena segala jenis aglonema, selain mampu menyerap CO2 juga bisa menyerap nikotin dengan baik. 

Tanaman Penolak 
Nyamuk Tanaman yang berfungsi sebagai hiasan sekaligus penolak nyamuk, antara lain, selasih, tahi kotok, suren, zodia, geranium, rosemary dan tembelekan. Yang bisa dijadikan anti nyamuk oles alami misalnya, kenanga, lavender dan catnip. Nyamuk tidak menyukai beberapa jenis tanaman tersebut karena mengeluarkan senyawa yang tidak disukai bahkan bisa mematikan nyamuk. ”Makin banyak menanam tanaman hias penangkal nyamuk di halaman dan taman rumah, makin kecil ketergantungan kita terhadap obat nyamuk berbahan kimia”. 


Usaha Tanaman Hias yang Menguntungkan

Berbagai kegiatan yang  yang kita sukai selalu terasa begitu menyenangkan. Apalagi jika hobi tersebut bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius untuk ditekuni yakni sebagai peluang usaha bagi kita sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang terus mengalir tanpa henti. Semisal kita ambil salah satu contoh usaha modal kecil yakni usaha tanaman hias. Memulai sebuah usaha tanaman hias memang tidak terlepas dari hobi. Banyak wirausahawan yang telah sukses menekuni usaha modal kecil tanaman hias ini karena bermula dari sekedar kegemaran dan kecintaannya terhadap menata dan mengkoleksi aneka jenis tanaman hias. Berbisnis tanaman hias sangat menjanjikan bila ditekuni secara serius. Tapi, terkadang yang menjadi masalah adalah keberanian untuk memulai usaha ini, apa lagi di saat pembeli sedang mulai menurun.

Usaha tanaman hias ini memang salah satu contoh usaha yang bisa dijalankan dengan modal kecil tetapi untuk membangun usaha tanaman hias atau Nursery merupakan usaha yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, karena ketika memulai hingga dapat benar- benar menghasilkan uang, dibutuhkan waktu minimal 6 bulan. Jadi dalam usaha jenis ini, faktor hobi lebih diutamakan daripada mengejar keuntungan dengan cepat. Kalau anda termasuk orang yang gemar mengutak-utik semua jenis tanaman dan bertangan dingin alias menanam apa saja pasti hidup, berarti anda punya bakat menekuni usaha ini. Apapun yang anda tanam, pasti tumbuh dan hidup dengan subur.


Contoh Usaha Modal Kecil

Sebenarnya Untuk membangun sebuah sebuah usaha tanaman hias atau nurseri, diperlukan banyak modal, antara lain : lahan usaha, pot, berbagai jenis tanaman, pupuk dan obat-obatan, dan sumber air, akan tetapi anda bisa menyiasatinya dengan berbagai cara sehingga modal yang anda keluarkan kecil. Semisal untuk masalah lahan, anda bisa menggunakan lahan yang ada dulu disekitar rumah anda, anda manfaatkan semaksimal mungkin setiap jengkal lahan di sekitar rumah anda. Dengan begitu anda tidak perlu buru- buru membeli lahan khusus untuk usaha ini.


A. Memulai Bisnis

Berikut adalah beberapa hal yang harus anda siapkan untuk memulai usaha tanaman hias :
·        Pilih lokasi tempat usaha yang strategis dan agak luas. Jika modal terbatas, anda bisa memulai usaha ini dengan memanfaatkan halaman rumah yang ada atau menyewa lahan di pinggir jalan besar yang ramai.
·        Tentukan jenis- jenis tanaman hias apa saja yang akan anda koleksi untuk dijual, serta perhitungkan dengan matang biaya operasional dalam merawat bibit tanaman hias tersebut, mulai dari obat- obatan, pupuk, sumber air, media tanam seperti tanah atau sekam, dan keperluan lainnya.
·        Terampil merawat tanaman hias dan memahami seluk beluk atau dasar- dasar tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan tanaman hias Nah, ada salah satu cara merawat atau membudidayakan tanaman hias dengan baik, yaitu memakai media daun bambu dan sekam sebagai media tanam tanaman hias. Daun bambunya pun bukan sembarang daun bambu, tapi daun bambu yang biasa dipakai untuk anyaman. Hal tersebut bermanfaat agar tanaman tidak mudah rontok.
·        Matangkan konsep berpromosi Anda, baik melalui media onlin semisal memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, brosur atau kartu nama, ikut pameran-pameran tanaman hias, iklan-iklan di media cetak atau radio, dan lain-lain.


B. Hambatan Bisnis

Setiap anda merintis sebuah usaha pastilah tidak terlepas dari resiko, kendala dan hambatan. Berikut beberapa kendala atau hambatan yang yang sering di alami para pelaku usaha tanaman hias ini :
·        Tanaman hias anda mati karena kesalahan dalam perawatan atau mungkin terbengkalai atau kurangnya perhatian dikarenakan kesibukan anda yang lain.
·        Pasar pembeli yang sepi akibatnya penjualan pun pasti merosot.
·        Adanya Persaingan ketat antara sesama pengusaha tanaman hias, harga tanaman hias yang fluktuatif, disesuaikan dengan kondisi pasar dan minimnya jumlah bibit yang tersedia pada petani.
·        Keadaan cuaca yang tidak bersahabat, baik musim kering atau panas yang berkepanjangan maupun musim hujan yang tidak mau kompromi.


C. Strategi Bisnis

Berikut adalah beberapa strategi jitu yang dapat anda terapkan untuk meningkatkan usaha modal kecil anda yakni usaha tanaman hias anda.
·        Tingkatkan kualitas perawatan terhadap tanaman hias anda karena semakin baik perawatan yang anda lakukan, semakin bagus pula penampilan tanaman hias tersebut sehingga dapat mendongkrak harga penjualan.
·        Atur dengan rapi lingkungan tempat anda merawat tanaman hias tersebut, jangan terlalu berdesakan atau terlalu rapat karena hal ini akan mempengaruhi kualitas dari tanaman hias tersebut. Jika kualitas tanaman hias terjaga, pembeli pun akan puas dan semakin tertarik untum membeli tanaman hias yang anda rawat.
·        Anda harus sering mengikuti perkembangan informasi tentang tanaman hias dengan membaca majalah khusus tentang tanaman hias dan seluk beluknya, bahkan anda dapat ikut dalam komunitas atau perkumpulan tanaman hias yang disebut Perhimpunan Holtikultura Indonesia.
·        Tingkatkan kualitas pemasarannya semisal sering mencari informasi mengenai pameran- pameran tanaman hias yang kini banyak diselenggarakan. Hal ini dapat menjadi ajang promosi tanaman hias sekaligus menambah wawasan anda mengenai tanaman- tanaman hias yang baru atau yang sedang tren.
·        Berikan layanan antar atau delivery gratis bagi pembeli yang tidak memiliki alat transportasi.
·        Berikan bonus pupuk atau bahan lain kepada pembeli jika membeli suatu jenis tanaman hias tertentu dengan kisaran harga yang wah.

Itulah sedikit ulasan seputar contoh usaha kecil yakni usaha tanaman hias, semoga informasi tersebut bisa bermanfaat untuk kesuksesan anda.




Nah, sedikit penjelasan dari berbagai sumber tadi. 
Dan sebelum itu, aku mau sedikit promosi dulu nih mengenai tanaman hias daun yang aku miliki, kali aja ada yang minat beli, contact aku ya? 
nih untuk bahan pertimbangan aku kasih liat foto-fotonya dijamin seger hehehehehehe


















Bagus bingit kan, semoga anda berminat :) 
Dan sampai jumpa lagi di pos yang berikutnya ...see you :)


Senin, 31 Maret 2014

Saat Adrian Datang

Hai guys...........lama juga ya g' post, kali ini aku mau post cerpen dari sebuah khayalan negeri dongeng yang sering kualami, cielah...hehehehe, tapi ya begitulah daripada kecewa hayalanya g' terwujud, mending diwujudin dalam kisah cerpen, setuju g'????? oke langsung aja ke TKP, cekidot!!!!



Seperti mimpi rasanya saat Tania tiba-tiba saja duduk di sampingku. Menyapaku dengan seulas senyum manisnya, yang telah menaklukan hati para cowok seantero sekolah.
               “Hai Alia, sendirian aja.” Kurasakan tangan halusnya menepuk pundakku
               “Tania?” Ucapku setengah sadar, menatap mata sayunya yang tampak sempurna dengan style rambut berponi miliknya.
               “Kau tampak slalu melamun, bukankah lebih baik kau bergabung dengan yang lain.” Ujarnya seraya menunjuk ke arah sekumpulan kawan-kawanya di ujung ruangan, entah apa yang mereka obrolkan, nampaknya bahasan yang cukup menarik hingga membuat mereka larut dengan canda dan tawa.
               Yah..................aku memang suka dengan duniaku sendiri. Khayalan dan lamunanku yang entah sampai mana akan terus melambung jauh. Berada di tengah kerumunan orang membuatku tak nyaman, bisa dibilang aku cewek pendiam dan sukar bergaul. Mungkin aku minder dengan faktor fisik. Tubuh bulat dengan tinggi tak seberapa. Kacamata tebal dan kulit hitam kusam yang tak terawat, semakin lengkap dengan koleksi jerawat yang sangat menggemari wajahku ini. Ditambah dengan tingkah yang kikuk dan otak yang g’ seencer murid-murid jenius lainya, tampak benar-benar pantas julukanku sebagai cewek jelek dan aneh. Itu sedikit menyebalkan....................
               “Emmm, aku di sini aja ya Tan, aku lagi ngerjain tugas nih,”Balasku seraya membetulkan letak kacamata. Tania, cewek yang sangat sempurna, selain pandai dan berwajah menarik, hatinya pun melukiskan parasnya yang indah. Tak salah jika banyak cowok yang setengah mati naksir padanya.
               “Teng teng teng teng”
               “Eh udah bel pulang tuh, sekalian aja pulang bareng.”
 “Dasar bel tidak diuntung”Kutukku dalam hati, kenapa baru datang sekarang, setelah kutunggu begitu lama, mengapa muncul di waktu yang tak tepat. Aku kembali memutar otak, mencari alasan yang tepat untuk kembali menolak ajakan Tania.
               “Sekali lagi ma’af Tan, aku masih ada perlu sama Bu Ranti, jadi aku g’ bisa langsung pulang.”
               “Owh gitu, sayang banget, ya udah aku pulang dulu ya?” Seperti kupu-kupu yang terbang meninggalkan bunga tidak bermadu, Tania melambaikan tanganya padaku, berlalu secepat angin pergi dengan kawan-kawanya yang lain.
               “Akhirnya ku sendiri lagi setelah lewati hariku denganya.” Kuhela nafas panjang sambil masih asik bersenandung lagu favoritku “Sendiri lagi”. Melangkah gontai dihadapan pos satpam dengan topeng senyum palsu aku sibuk menyapanya yang tak pernah lupa bersikap ramah. Tiba-tiba aku tersentak melihat laki-laki setengah baya, berdiri tak jauh dari pintu gerbang. Sepertinya ia tengah menunggu seseorang. Tapi bukanya hanya tinggal aku yang belum pulang. Tak ingin membuang waktu untuk sesuatu yang bukan urusanku. Aku bergegas melanjutkan langkahku. Namun hatiku mulai was-was meyadari laki-laki itu membuntutiku dari belakang. Dengan segenap keberanian aku berbalik arah dan bersiap meluncurkan serangan. Wajahnya yang terutup helm membuatku semakin curiga.
               “Eh siapa kamu?” Bentakku gelisah, seraya melayangkan tas ranselku ke arahnya.
               “Eh tunggu tunggu, aku g’mau berlaku jahat koq.” Ia mulai bersuara dan membuka helmnya.
               Aku tersentak melihat wajah itu. Wajah yang mungkin bukan hanya aku yang mengenalnya tapi seluruh orang yang biasa menonton acaranya. Dia Adrian, aktor yang kini namanya tengah naik daun, karena membintangi salah satu sinetron remaja. Parasnya yang ganteng membuatnya digemari gadis-gadis atau bahkan ibu-ibu dapat dengan mudah menjadi fans beratnya. Namun tidak denganku. Dulu aku memang penggemar beratnya tapi karena suatu hal, semua persepsiku padanya berubah. Sebuah kejadian menyebalkan terjadi beberapa hari yang lalu.
 Aku mendengar kabar ia akan mengadakan tour dan datang ke kota ini. Dengan semangat aku berangkat sendirian menuju gedung yang akan digunakanya untuk jumpa fans. Tapi sa’at berangkat, aku mendapati sebuah mobil tak tau diri membuat baju favorit yang sengaja kubeli untuk bertemu Adrian, kotor tersiram air lumpur bekas hujan. Dan yang membuatku tak kalah jengkel adalah pengendara mobil itu yang ternyata seorang Adrian. Tanpa kata ma’af sedikitpun ia memakiku kasar.
               “Eh, cewek jelek lihat-lihat dong kalo jalan, kalo ketabrak gw lagi yang disalahin,”
               Kata-kata itu masih terekam jelas dalam memori otakku hingga kini.
               “Hei! Loe g’ pa pa kan.” Ucapnya tiba-tiba menyentuh bahuku, membuat lamunanku buyar seketika.
               “Mau apa kamu ke sini!” Balasku kasar, menampik keras tanganya yang sejenak singgah di bahuku.
               “Loe masih marah sama gw, gw minta ma’af deh.”
               “Kamu kenal sama aku” Tanyaku bingung
               “Loe kan cewek yang kena siram mobil gw di trotoar waktu itu, yang hampir gw tabrak.”
               Aku tertegun mendengar penuturanya.Jadi Adrian dapat mengenali wajahnya sa’at itu.
               “Owh! Syukur deh cowok sombong kayak kamu udah sadar dan mau minta ma’af, kalau urusanya udah selesai, aku mau pulang.” Ujarku bergegas pergi meninggalkanya.
               “Eh tunggu! Gw butuh bantuan loe.” Cegahnya seraya memegang tanganku
               “Apa’an sih! Dasar cari kesempatan.” Aku kembali menampik tanganya yang menyentuh sembarangan.
               “Ge-Er banget sih loe, siapa juga yang seneng megang tangan cewek jelek kayak loe.” Lagi-lagi tabiat buruknya muncul, membuatku teringat lagi dengan kejadian kemarin
               “Tuh kan, omongan kamu kayak gitu lagi.Aku pergi nih”
               “Eh jangan-jangan, iya gw minta ma’af banget sama loe, sekarang gw bener-bener butuh bantuan loe." Ucapnya dengan wajah melas
               “Oke deh, karena aku orang baik. Aku bersedia bantu kamu.” Kataku sembari menjetikkan jari di depan wajahnya.
               “Dari tadi kek setujunya, kalo gitu cepet ikut gw.”
               “Kemana?”Tanyaku heran
               “Udah ikut aja.” Setelah berkata demikian, ia segera menaiki motor besarnya.
               “Eh koq loe diam aja.” Ucapnya tak sabar melihatku yang hanya melongo melihat motor kerenya.
               “Aku naik ini.” Ucapku dengan wajah culun menunjuk ke arah motornya
               “Ya iyalah, ayo cepetan.”
               Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menuruti perintahnya.
               “lo, mau makan apa?” Ia kembali berucap sa’at melihat buku menu di depanya. Aku hanya melihat sekeliling restoran mewah yang seumur hidup baru kukunjungi.
               “Eh, aku minum es teh aja.” Jawabku sedikit enggan dan tak nyaman.
               “Simple banget sih pesenan loe, gw beli’in jus aja ya.” Iaki-laki itu tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkahku yang mungkin konyol. Senyuman yang baru kulihat sejak pertemuanku denganya.
               “Terserah kamu deh.” Ia kembali tertawa dan menutup buku, sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ia memanggil salah satu pelayan.
               “Sebenarnya kamu mau minta bantuan apa sih.” Tanyaku tak sabar melihatnya yang seolah lupa dengan tujuan utama.
               “Owh iya, gw hampir aja lupa.” Ujarnya sibuk dengan steak pesananya. Setelah menoleh ke kanan dan ke kiri layaknya seseorang yang hendak menyebrang jalan, setengah berbisik ia mengatakan sesuatu padaku.
               “Aku butuh bantuan loe, untuk jadi pacar sewa’an gw.”
               “Ha?????????” Aku hampir tersedak dan jantungku pasti sudah loncat jika aku tak memegangi dadaku waktu itu.
               “Sssssssssst lebay banget sih lo, jangan berisik.”Sentaknya kesal seraya kembali memperhatikan orang – orang di sekeliling ruangan, berharap tak satupun dari mereka mendengar apa yang sudah dikatakanya barusan.
               “Kamu pasti salah orang,  aku punya temen yang 1000% lebih cantik buat kamu jadi’in pacar buatan.”  Ia menghela nafas sejenak, kembali menyentuh makanan, seolah mengacuhkanku. Kubiarkan saja tingkahnya, hingga ia berhenti dan menatap tajam mataku. Ia melakukanya lagi tersenyum tanpa sebab.
               “Gw memang mencari orang yang seperti loe,bukan orang yang cantik raganya.”
               “Maksudmu?” Aku hampir tersentuh mendengar pengakuanya, batinku mengira bahwa hanya dia-lah anak adam yang mampu menyadari bahwa wanita tak hanya dilihat dari parasnya namun kesucian hatinya.
               “Nyokap meginginkan gw berpacaran dengan seorang cewek jelek, dia bilang gw harus belajar arti kesederhana’an yang sebenarnya. Dan semenjak gw berdiri di depan sekolah loe, cuman loe cewek yang paling jelek dari lainya.” Ujarnya tanpa dosa tertawa jahat.
               “Dasar kurang ajar! Jujur banget sih.” Aku kembali sebal memandang ke luar jendela,
               “Jadi gimana loe mau g’ bantu gw.” Tanyanya penuh harap sambil meremas garpu di tangan, mungkin dalam hatinya ia mulai gelisah.
               “Aku mau bantu kamu, tapi dengan satu syarat.” Ucapku masih memandang ke arah jendela.
               “Hah! Ternyata cewek kayak loe, bisa matre juga!” Ujarnya seraya melahap makanan.
               “Enak aja, aku bukan cewek matre yang ingin uang banyak!!!” Balasku dengan keras, menyita pandangan beberapa orang di sekitar meja. Kini aku berbalik menatapnya, bagai tak gentar melawan sorotan matanya yang lebih tajam.
               “Lalu”  Lanjutya seolah memberiku pilihan.
               “Aku ingin kurus.” Lanjutku ragu sambil takut-takut menatapnya, menunggu respon dari wajahnya yang sok ganteng itu.
               “Haaaah!!! Loe mau sedot lemak.” Balasnya lebih keras dari bentakanku tadi. Bahkan aku hampir melonjak dari tempat dudukku, saking malunya aku dengan orang-orang yang mulai berbisik aneh memperhatikanku. Tanpa segan kupukul keras kepalanya dengan sendok.
               “Sakit tauk, kriminal banget sih lo jadi cewek. Dasar preman!!!” Ia tak henti-hentinya mengutukku dengan kata-kata kejamnya itu.
               “Habis, kamu keras banget sih bilangnya, sengaja ya?.”
               “Hehehehe sorry sorry gw reflek.” Ia tertawa keras layaknya seorang pemenang.
               “Lagipula aku mau kurus secara alami.” Ujarku kembali berkata serius.
               “Gimana caranya, emang gw ibu peri yang bisa kabulkan permintaan sulit kayak gitu.” Katanya seraya mengangkat tangan serta melambaikan sendok bagai ibu peri yang tengah melambaikan tongkat.
               “Kamu bisa sewa trainer, jika dengan paksa’an aku pasti bisa kurus, please, aku udah benci banget dengan keadaan ini. Aku ingin mengubah hidupku setelah satu impian itu dapat terwujud. Cuma kamu satu-satunya harapanku.” Ucapku mengiba. Tampaknya ia luluh pula dengan perkata’anku. Ia tampak berpikir sambil memutar-mutar sendok seolah tengah menimbang-nimbang sesuatu.
               “Oke gw setuju, asalkan loe juga setuju untuk bantu gw, sama kayak rencana awal”  Akhirnya ia berkata juga setelah dengan harap-harap cemas aku menunggu, sungguh jawaban yang sangat memuaskan.
               “Tanpa ragu lagi, aku jawab sangat setuju.”
               “Deal?” Ujarnya mengajakku berjabat tangan sebagai syarat terjadinya sebuah perjanjian.
               “Deal.” Balasku puas, membuat kami tersenyum bersama-sama.
               Hari ini hari minggu, masih terlalu pagi untuk menerima telepon tak sopan yang sejak tadi sudah meraung-raung membuatku kesal.
               “Siapa sih” Ucapku dengan mata yang masih terpejam seraya meraba-raba mencari handphone.
               “Halo, siapa sih pagi-pagi udah telepon.” Bentakku kasar tanpa tahu siapa orang di seberang sana yang tengah mengajakku berbicara.
               “Eh, loe yang darimana aja tadi, masih molor ya? Cepet bangun, gw tunggu di perempatan deket rumah loe, eh jangan lupa pakek baju olahraga, dan g’pakek lama. Udah!  gw tutup dulu ya?” Ujarnya tak kalah kasarnya denganku, berkata panjang lebar layaknya pak guru killer yang mengajar pelajaran
               “Eh tunggu tunggu!! Kamu siapa sih, seenaknya aja nyuruh aku.”
               “Katanya loe mau kurus, gimana sih? Gw ibu peri yang mau ngewujudin mimpi loe itu.”
               Mataku yang sedari tadi merem sampai terbelalak saking kagetnya, Adrian ngajak aku jogging pagi itu.
               “Adrian, oke g’ sampai 5 menit aku akan ke sana tunggu ya?” Kataku lagi, setelah menutup telepon, aku bergegas bangkit dan mencuci muka, lalu berganti baju olahraga dan training yang biasanya hanya kupakai sa’at pelajaran olahraga di sekolah. Tanpa menunggu lama lagi aku segera berlari menuju tempat tujuan.
               Akhirnya tampak pula perempatan jalan yang disebut Adrian. Disana tampak olehku Adrian yang tengah bersandar di depan tembok bercat biru muda. Ia terlihat keren dengan model baju dan celana training hitam dengan topi yang melekat di kepalanya.
               “Adrian!!” Spontan aku melambaikan tangan ke arahnya.
“Yaelah lama banget sih, katanya g’ sampe’ 5 menit, nih udah lebih dari 10 menit.”
“Masa’ sih. Aku kan udah lari dari rumah sampai sini.” Ucapku sambil memperhatikan jam yang melingkar di tangan.
“Ya udah deh, sekarang kita mulai joggingnya keliling desa.”
“Yang benar aja, bisa pingsan aku Adrian.” Aku keberatan jika harus jogging sejauh itu, dari rumah hingga perempatan saja segini capeknya, apalagi satu kampung.
               “Niat kurus g’ sih loe” Balasnya seraya berlari duluan mengacuhkan keluhanku.
               “Eh tunggu Adrian.” Terpaksa aku segera kembali berlari menyusulnya.
Sudah hampir satu jam Adrian tak kunjung berhenti, hingga aku tak kuat lagi dan jatuh karena kepayahan mengikuti kecepatanya dari belakang. Mungkin ia menyadari ketidakhadiranku di balik punggungnya, hingga samar-samar kulihat ia yang tadi meninggalkanku, kini berbalik arah dan mendapatiku yang sudah tak kuat lagi berdiri.
“Ternyata loe di sini, koq duduk ayo terusin lagi.”
“Ma’af Adrian aku g’ kuat lagi.” Ujarku terengah-engah seraya masih mengambil nafas panjang, karena kehabisan oksigen. Tampaknya ia iba juga melihatku dengan keringat bercucuran. Ia tiba-tiba duduk di dekatku, seolah mengerti ketidakmampuanku untuk melanjutkan lagi.
“Ma’afin gw juga, seharusnya gw g’ terlalu maksa loe. Nih minum dulu.” Katanya sambil meyerahkan sebotol air mineral kepadaku. Aku segera saja menghabiskanya, hingga tersisa setengah botol.
“Eh, ma’af Adrian, aku lupa sisa’in buat kamu, nih” Ucapku sedikit malu menyerahkan botol itu lagi padanya. Ia hanya tertawa kecil sambil mengeluarkan sesuatu dalam tas kecilnya. Tanpa kusadari, ia mengelap wajahku dengan handuk berwarna hijau itu dengan tanganya, dengan masih menyimpan sesungging senyum di bibirnya, memperhatikan peluh di dahiku. Aku sedikit segan pula dengan sikapnya itu.
“Nanti siang, loe datang lagi ke perempatan ini ya, gw akan ajak loe ketemu trainernya, tapi ingat, loe harus lebih semangat lagi, soalnya latihan dengan trainer akan lebih berat dari jogging ini.” Jelasnya kembali memasukkan handuk kecil itu ke dalam tasnya.
“Siap bos” Jawabku enggan isyarat hormat. Membuatnya tertawa pelan.
Semua yang dikatakan Adrian benar, latihan dengan trainer, membuatku frustasi. Aku kerap kelelahan, karena belum terbiasa dengan semua kegiatan yang terlalu melelahkan. Kini telah 1 minggu aku menjalani latihan, waktu yang ditunggu-tunggu untuk menentukan apakah semua yang aku lakukan selama 7 hari ini tak sia-sia. Dengan takut-takut aku naik ke atas timbangan, sedikit ragu aku tak yakin melihat hasil yang akan memuaskan di depan jarum timbangan.
“2 kilogram. Kamu berhasil turun 2 kilogram” Ucap si trainer dengan wajah tenang
“Cuma 2 kilogram, selama satu minggu ini aku latihan keras, dan Cuma turun segitu.” Ucapku putus asa, sambil memandang Adrian dengan wajah panas.
“Aliya, turun segitu udah ideal koq, lagian masih seminggu, mana bisa langsung turun 10 kilo, semua itu butuh proses.” Jawabnya mencoba meyakinkanku. Aku hanya bisa mengangguk mendengar penjelasanya. Dengan langkah gontai aku mendahuluinya ke luar dari tempat Gym.
Aku benar-benar kecewa dengan hasilnya, karena bagiku, aku tlah berusaha keras melakukan semuanya, jogging, sit up ataupun push up dan latihan – latihan lain serta menahan nafsu makan yan setengah mati membuatku tertekan, tak kusangka akan seberat ini menurunkan berat badan. Aku benar-benar lelah.
“Eh, ngelamun aja, masih mikirin yang tadi ya.” Tiba-tiba Adrian datang mengejutkanku dari belakang.
               “Enggak koq, aku percaya semua itu butuh proses sama kayak yang kamu bilang tadi.” Jawabku setengah berbohong. Ia hanya tersenyum kecil seraya menggiring motor besarnya.
“Ya udah ikut gw yuk, hari ini loe kan udah janji mau......” Belum sempat Adrian menyelesaikan ucapanya aku segera menyahut.
“Ketemu ibu kamu kan?”
“Akhirnya loe inget juga.” Tanpa banyak kata lagi aku dan Adrian bergegas pergi meninggalkan tempat Gym menembus keramaian jalan raya.
“Owh ini yang namanya Aliya” Ibu Adrian sangat cantik, seperti seoang ratu yang berwibawa dengan balutan jilbab warna merah muda yang tampak lembut, sepadan dengan kulitnya yang kuning langsat. Pantaslah Adrian menjadi cowok yang ganteng, ibunya saja awet muda. Aku  merasa sangat minder di tengah-tengah mereka. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di depan rumah mewah yang kusebut istana ini, jantungku sudah berdetak-detak tak karuan. Aku tak pernah membayangkan bisa masuk ke dalam rumah Adrian dan bertemu dengan ibunya. Bak seorang putri raja yang aka dipersunting pangeran. Bagiku ini semua adalah suatu keajaiban yang tiba-tiba terwujud.
“Senang bertemu dengan tante” Aku yang sedari tadi bungkam karena bingung dengan apa yang seharusnya kukatakan, membalas sapaan ibu Adrian. Meski dengan tingkah kikuk dan kaku, aku mencoba untuk tetap menunjukkan senyum manisku.
Tante marina, itulah panggilan akrabku denganya, walau tak berapa lama saling beradu pandang, aku dengan mudah merasa nyaman sa’at bersamanya. Sungguh berbeda dengan Adrian, Tante Marina adalah orang yang baik dan sangat rendah hati. Senyumnya yang teduh seakan mengingatkan pada ibu kandungku sendiri.
“Adrian itu anak tante satu-satunya,karena itu banyak harapan besar yang tante inginkan darinya. Sikap angkuh dan aroganya itu sangat mirip dengan papanya, setelah kami berdua bercerai watak kerasnya semakin menjadi-jadi, jadi tante mohon, kamu bantu Adrian untuk bisa bersikap lebih baik, teman-teman di lingkunganya justru semakin menjerumuskanya ke hal-hal yang tidak baik”. Pandanganya menyiratkan berbagai makna, bulatan matanya yang hitam seolah terbaca olehku akan harapan besar yang ia embankan padaku.
“Sebisa mungkin, saya akan berusaha untuk mewujudkan keinginan tante.” Jawabku dengan sungguh-sungguh.
“Eh, lagi ngomongin apa nih?” Tampak Adrian muncul dari belakang seraya meminum kaleng soda, jemarinya segera meraih tanganku, seperti isyarat bahwa aku tak seharusnya berbicara terlalu lama dengan ibunya.
“Eh, mau kemana Adrian?”Ujar tante Marina dengan cepat.
“Mau nganterin Aliya pulang, lagian Aliya pasti udah capek, iya kan?”Katanya lagi sambil melirikku tajam.
“Eh iya tante, Aliya pulang dulu ya?”  Setelah berucap demikian, Adrian bergegas menyeretku berlalu dari ibunya menuju motor besarnya di teras depan, setengah berlari aku mengikuti langkah panjangnya, yang tampak penuh emosi dalam kebisuan.
               “Adrian, kamu marah.” Kataku sejurus kemudian,sa’at berada di atas motor.
               “Nggak!”Balasnya singkat hampir tak terdengar.
               “Maafkan aku, aku baru tahu kalau orang tuamu sudah bercerai.”Terangku kembali dengan takut-takut.
               “Seharusnya mama nggak usah cerita terlalu lebih sama orang asing kayak loe, lebih baik loe diam aja!” Bentaknya lebih keras, seraya mempercepat laju motor di ambang batas maksimal, menggambarkan luapan emosinya yang kini tak tertahan. Entah apa yang ia rasakan, tapi yang jelas ia pasti geram padaku, yang seolah membuka luka tentang hancurnya rumah tangga kedua orang tuanya.
               “Adrian!” Aku hanya bisa menjerit takut, merasakan bahwa peganganku pada besi – besi motor itu bergetar hebat, membuat jari-jari dan kakiku seakan lumpuh karena rasa ngeri menjalari sekujur tubuh. Mataku terpejam, tak lagi menggubris Adrian yang berteriak – teriak kesetanan. Aku membiarkanya melepaskan semua beban yang membelenggu jiwanya.
               “Sadarlah Adrian, sadar.” Doaku dalam batin.
               Hingga akhirnya motor besar yang berlari ganas itu terdiam di suatu tempat. Ragaku seakan kaku, keringat dingin membasahi tubuh dan pakaianku. Setengah gemetar aku turun dari motor dengan perlahan-lahan. Melihatku seperti itu Adrian terdiam sejenak lalu dengan kedua tanganya ia memegang kedua bahuku keras, kurasakan cengkraman itu makin keras.
               “Loe kenapa? Harusnya loe pegangan sama gw tadi. Gimana tadi kalau loe jatuh!”
               “Kamu bilang aku harus selalu pegangan pada motor kalau sedang kamu boncengin.” Jawabku pelan tanpa membalas pandanganya yang masih lurus menatap mataku.  Tiba-tiba tanpa kusadari Adrian merengkuh tubuhku cepat. Aku dapat merasakan degup jantungnya yang berdetak kencang seakan menahan sesuatu, perasaan amarah yang ia pendam. Dengan isak tangis makin keras, ia mengeratkan dekapanya padaku. Aku hanya bisa mengusap lembut punggungnya, dan berbisik pelan.
               “Luapkan semua kesedihanmu Adrian. Bebaskan semuanya, jangan ada yang kau pendam barang sedikit saja. Keluarkan semua hal yang membuat rasa sakitmu berkurang.
               “Selamat Ulang Tahun Iyan.” Hari ini ulang tahun Adrian yang ke-20, ia diberi kejutan oleh kawan-kawan sepermainanya di sebuah cafe. 
               “Eh yan, gimana kalau habis ini kita party di club, sepuasnya, tapi loe yang bayarin ya?” Ujar salah seorang temanya yang bernama Raka. Disambut tawa riuh kawanya yang lain.
               “Oke.....oke hari ini kalian party deh sampek mabuk.” Tawanya yang keras itu berhenti setelah ponsel dalam saku jeansnya berdering kencang. Sebuah sms masuk dari layar hp-nya.
               “Adrian, aku mohon cepet kamu ke sini, aku jatuh keserempet motor di depan Jalan Asih Jaya, di sini lagi g’ ada orang, aku g’ bisa berdiri lagi, kakiku berdarah ” Setelah membacanya Adrian segera berlalu dari hadapan kawan-kawanya.
               “Eh loe mau kemana bro!” Cegah Raka kemudian
               “Ma’af Ka tapi gw harus pergi, ini lebih penting.” Jawabnya dengan gelisah, nampak terburu-buru menuju motor besarnya.
               Setelah bertanya kesana-kemari pada orang-orang dimana letak Jalan Asih, akhirnya ia dapati pula sebuah jalan setapak yang tak terlalu besar, di sekelilingnya banyak pepohonan rindang. Dan sebuah bangunan dengan papan nama bertuliskan Panti Asuhan “Asih Jaya”.
               “Mana si Aliya, katanya ketabrak di sini.” Matanya tetap berusaha mencari ke sgala penjuru.
               “Hei! Adrian.” Sapaku dari balik punngungnya. Ia nampak terkejut sekaligus geram melihat keadaanku yang aman-aman saja.
               “Apa-apaan nih, katanya kaki loe g’bisa jalan, nih malah lari-lari.”
               “Kamu ternyata perhatian juga ya.” Godaku dengan tawa manja, membuat pipinya merah menahan malu.
               “Kalo emang loe g’ apa-apa lebih baik gw pergi.” Jawabnya bergegas pergi dari tempat itu.
               “Eh jangan pergi dulu dong.” Tanganku segera menahanya
               “Ada apa lagi.” Katanya tak sabar dengan wajah kesal membuang muka.
               “Ikut aku sebentar aja, ada yang harus kutunjukan sama kamu.” Meski dengan menggerutu dan bergumam g’ jelas, ia mengiyakan saja ajakanku dengan setengah hati.
               “Surprise!!!” Ruangan ini indah sekali, bertemakan warna biru kesukaan Adrian, dan spanduk besar bertuliskan “Selamat Ulang Tahun Kak Adrian, kami semua menyayangimu”. Anak-anak yang telah berkumpul dengan segera menyanyikan lagu “Happy Brithday”.
Ia tertegun beberapa saat tanpa reaksi apapun, bahkan sampai anak-anak berhenti bernyanyi, ia tetap diam seribu bahasa.
“Adrian, kamu bengong?” Aku melambaikan tangan di depan tatapan matanya yang kosong. Usahaku berhasil ia menoleh menatapku tajam.
“Loe yang udah siapin semua ini.” Ucapnya dingin.
“G’ juga koq, adik-adik sama ibu panti juga ikut bantu” Jawabku seceria mungkin, meski dengan perasaan khawatir dengan tanggapanya setelah ini.
“Terima Kasih Alia ” Ucapnya tertawa pelan serya mengusap rambutku membuatnya berantakan.
“Adrian!!!! Ngagetin aja sih” Gerutuku meninju lenganya. Tanpa menghiraukanku lagi, ia membaur dengan anak-anak panti dihadapanya yag hanya tersenyum polos melihatnya berdiri saja sejak tadi.
“Adik-adik makasih juga ya? Kak Adrian seneng banget. Sekarang ayo potong kuenya, kita makan sama-sama. Kakak udah laper nih.” Tingkahnya bergaya lucu dengan mengusap perut, meskipun agak kaku tapi aku tahu ia terlihat bahagia dengan usaha anak-anak ini.
“Kamu seneng ga’, sama hadiah dari aku, ya ma’af aku g’ bisa ngasih kado yang mahal kayak te........”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, jemarinya mendarat di bibirku seolah mengisyaratkan bahwa kalimat itu tak seharusnya ia dengar.
“Kamu tahu, ini hadiah paling indah yang pernah aku terima” Ujarnya masih mengulum senyum.
Aku masih menatapnya heran, sambil iseng meletakkan tanganku di dahinya.
“Apa’an sih? Emangnya gue lagi sakit.” Gerutunya dengan wajah sewot.
“G’ juga sih tumben kamu pakek bahasa “aku kamu” segala, biasanya juga “gw loe” “ Kataku tertawa pelan meninggalkan ia yang terlihat senyum-senyum sendiri tengah asik dengan dunianya sendiri.
“Yeee omonganku malah g’ didengerin.” Tapi ia masih tetap sibuk sendiri, meski akhirnya ia menoleh pelan kepadaku, masih sama dengan tatapan tajam itu yang memaksaku berpaling pada lapangan luas berumput hijau di depanku.
“Adrian, kamu tahu g’?”  Ucapku pelan sambil memainkan rerumputan basah di sekitar ku bersandar.
“Tau apa, gendut???” Jawabnya seraya mengacak rambutku usil.
“Males banget, kalau kamu panggil aku kayak begituan, memang bener sih aku baru turun 8 kilo doang.”  Balasku tak kalah sewot denganya yang biasa ngambek tanpa sebab.
“8 kilo loe anggap doang, itu kemajuan pesat tau?? Sini coba gue lihat, udah kurusan juga loe,hehehehehe” Katanya lagi lebih usil mencubiti pipiku dengan tawa jahat seperti biasanya.
“Adrian.......stop.....stop....sakit nih!” Meski sakit... aku ikut tersenyum geli juga melihat dia bisa tertawa lepas sekarang.
“Oke.....oke loe mau ngomong apa tadi?” Ucapnya masih memegangi perut, jelas sekali ia masih menahan tawa di guratan wajahnya.
“Kamu tahu g’ , kamu itu lebih beruntung daripada mereka. Dari  kecil mereka, sudah hidup sendirian tanpa mengenal orang tuanya. Bukanya aku sok menggurui kamu, tapi itulah hal yang kamu harus sadari. Orang tuamu mungkin tidak bisa bersama-sama lagi. Dan itu adalah jalan terbaik bagi mereka berdua. Kamu harus bisa menerimanya. Meski mereka tak saling mencintai tapi mereka akan selalu mencintaimu sampai kapanpun. Jadi jangan mengecawakan mereka dengan tindakan-tindakan nakal kamu Adrian.” Dengan ragu aku masih takut melihat reaksi di wajahnya, kuberanikan diri menoleh untuk memastikan ia tak lagi emosi, karena biasanya ia sangat membenci mengingat masa lalu orang tuanya. Namun, yang kulihat justru sebaliknya, ia hanya terdiam dan menggumam pelan, di sudut matanya bulir mata itu tampak, meski aku tahu ia berusaha menahanya. Baginya pantang menangis di depan perempuan.
“Adrian kamu g’ pa pa kan?” Ujarku khawatir.
“Dulu sejak gw kecil, gw udah hafal banget dengan perilaku bokap yang temprament. Semenjak remaja gw sering keluar dan menghabiskan hidup gw untuk senang-senang hanya karena ingin lepas dari trauma masa lalu. Tapi tanpa gw sadar itu mungkin membuat nyokap kecewa sama gw. Mama salah sangka, tingkah laku gw yang menyimpang ini bukan karena gw protes mereka pisah, ini hanya karena gw merasa gw harus melepas semua beban, yang terkadang membuat emosi gw g’ terkendali.” Jelasnya panjang lebar sambil menyeka bulir-bulir air mata yang tak ingin terlihat olehku.
“Banyak hal positif yang bisa kamu lakukan untuk membuatmu move on dari trauma masa lalu, seperti mengasihi anak-anak yatim piatu yang ada di sini, kamu lihat sendiri kan, mereka seneng banget ketemu sama kamu tadi. G’ hanya senang-senang, yang bisa membuat kamu bahagia, Adrian” Ucapku pelan, membuatnya tersenyum pelan, senyum tulus yag baru pertama kali kulihat semenjak aku bertemu denganya.
“Mama gw bener,  loe malaikat yang menyinari hati gelap gw “Alika Dafa Nadya”
“Apaan sih dasar lebay.” Balasku meninju lenganya keras.
“Sakit juga tonjokan loe, bener-bener bakat jadi preman nih tangan.” Ledeknya lagi memegang otot lenganku seolah-olah aku seorang binaraga.
“Adrian, jangan bercanda teruuuuuuus......”
Sore itu aku menghabiskan waktu bersama Adrian, dengan canda dan tawa yang slama ini dirindukan. Oleh hati dan perasaan yang terpuruk dengan keadaan. Memang tak ada yang perlu disesali. Yang kita lakukan hanya memandang apa  yang ada di depan. Bukanya takut melangkah karena selalu menoleh ke belakang. Kenangan buruk bukanlah memori yang pantas untuk disimpan.
Hari ke-8 menuju papan timbangan, rasanya sama seperti biasa, sedikit gugup layaknya murid yang menanti pembagian raport, akankah nilaiku terlampau merah hingga jarum timbangan ini tetap berada di angka yang sama.
“56, berat kamu sudah ideal Alia.”Ucap trainerku sambil mengulum senyum puas.
“Beneran pak, usaha saya g’ sia-sia.  Terima kasih atas bantuanya ya?.” Balasku menjabat tanganya senang.
“Tapi kamu harus tetap menajaga berat badanmu agar g’ naik lagi.”
“Siap pak” Tegasku cepat dengan isyarat hormat.
“Ya sudah bapak pamit dulu, ada tamu di depan, yang harus segera saya temui.”
“Ya pak saya di sini saja, masih nunggu Adrian.”
“Oke bapak tinggal dulu ya” Ia segera berlalu meninggalkanku di ruang tunggu. Namun tiba-tiba datang seorang ibu-ibu setengah baya, masuk dengan tergesa-gesa. Segera saja, setelah melihat wajahku ia tampak tersenyum lega, dan menghampiriku perlahan.
“Non Alia????” Ucapnya sopan
“Ya saya Alia, panggil Alia saja ya bu’?”
“Non harus segera ikut saya sekarang.” Ujarnya tanpa basa-basi, menyeret tanganku mengikutinya yang setengah berlari, menuju pintu keluar.
“Eh, bu, ini saya mau dibawa kemana?” Kataku panik.
“Sudah non tenang saja.” Balasnya singkat seraya memberhentikan salah satu taksi dan memaksaku masuk bersamanya. Entah mengapa? Aku menurut saja dengan ibu ini. Kelihatanya ia orang baik-baik.
“Gimana non, sekarang coba buka mata” Terdengar suara ibu-ibu yang menyentuh bahuku pelan. Aku segera membuka mata dan mendapati sosok bayangan cermin yang tepat berada di depanku. Seorang wanita cantik yang wajahnya terlihat tak asing bagiku. Tunggu!! Dia mirip denganku.
“Ini aku bu’?” Kataku bengong masih tak percaya dengan apa yang kulihat.
“Ya iyalah non siapa lagi?” Ucap bibi itu pelan seraya berlalu dari hadapanku dan segera kembali dengan gaun indah berwarna biru di tanganya.
“Sekarang non pakek ini ya?” Ucapnya lagi dengan menyodorkan gaun itu kepadaku.
Aku masih tak percaya dengan semua ini, aku masih tampak setengah sadar untuk memahami semua hal yang baru saja kualami. Aku lulus dengan berat badan ideal, didandani super cantik oleh bibi baik yang tak kukenal, dan sekarang aku diantar sebuah mobil mewah yang entah kemana mereka akan membawaku.
“Non, sudah sampai.” Ujar pak sopir pelan.
Aku masih saja belum turun dari mobil mengamati sekeliling. Tiba-tiba pintu mobil terbuka, dan tebak siapa yang menjemputku saat itu.
“Adrian.” Aku kembali terkejut untuk kedua kalinya, kejutan apa lagi ini.
“Ayo tuan putri, kamu harus ikut sama aku.” Ucapnya pelan menuntunku keluar dari mobil. Pemandangan di luar sangat bagus, ini taman kota yang sering kulewati saat naik bus untuk berangkat sekolah, tapi baru kali ini, aku masuk dan melihat isi di dalamnya.
“Selamat Ulang Tahun Alia” Ia berbisik pelan di telingaku, membuatku tersenyum kecil.
“Kamu ingat ulang tahunku, aku aja hampir lupa kalau sekarang ulang tahun.”
“Bagaimana Adrian bisa lupa sama ulang tahun pacarnya.” Ucapnya lirih seraya berlalu meninggalkanku yang masih sibuk dengan fikiranku sendiri mendengar ucapan Adrian barusan.
“Adrian, tunggu..!” Seruku berlari menyusulnya yang semakin jauh, menghilang di balik tembok bercat biru muda itu.  Aku terdiam sejenak melihat keramaian di sekitar tempat ini. Di balik tembok ini banyak berjejer kursi putih yang ditata rapi dengan pita merah muda yang begitu manis. Ada panggung kecil namun cantik di depan, beserta alat-alat musik lengkap yang menghiasi.Kecil namun megah pikirku.
“Hei ngelamun aja.” Lamunanku akan kekaguman dengan tempat ini buyar seketika, saat seorang pria yang tampak familiar menepuk bahuku.
“Ngagetin aja sih,” Ucapku kesal membuat ia tertawa geli.
“Oh aku tahu kamu, pasti suka sama desain resepsi yang aku buat ini ya? Kamu tau g’ ini semua khusus buat kamu?” Ucapnya memandangku yang hanya bisa diam bengong.
“Tunggu, tunggu, aku belum siap nikah, lagian kamu harus minta restu sama Ayah Ibu aku.” Kataku panik, mengambil kesimpulan sendiri.
“Hah? Kamu kira kita yang mau nikah?Gr banget sih loe? Hehehehe” Ia tertawa lepas, puas meledekku habis-habisan, kalau saja aku tidak memakai sepatu high heels, mungkin aku sudah berlari pulang saking malunya.
“Ih usil banget sih, trus siapa dong yang mau kawinan.” Kataku mengalihkan pembicaraan.
“Ini resepsinya paman gw, tapi gw yang desain semuanya. Bagus kan? Gw tahu loe pasti suka.”
“Ya bagus sih?” Kataku pelan, mengedarkan pandangan agar ia tak bisa melihatku yang mulai salah tingkah.
“Yaelah masih malu ya? Tuh pipinya merah.” Ia kembali terkekeh sambil trus mencubiti pipiku yang tak lagi chubby.
“Ini bukan karena malu tapi karena sering kamu jewerin. Nih, nih rasain.” Tak mau kalah aku membalas mencubiti pipinya lebih keras.
“Eh udah........udah sakit tau, tapi menurut gw, loe lebih baik gendut lagi deh, pipi loe kurang chubby buat gw cubitin. Gw kan suka liat loe tersiksa.”
“Adrian...!”Teriakku kesal mengikutinya yang lagi-lagi berlari menghindari seranganku. Tapi...........Ups!! Aku tak sengaja menabrak seorang pria berpakaian putih rapi.
“Ma’af, saya g’ sengaja.” Ia terlihat kaget sebentar lalu memperhatikanku dan tersenyum seolah mengenali wajahku yang asing di tengah keramaian ini.
“Alia ya? Wah kebetulan kamu sudah datang, jadi kamu nyanyi di acara pernikahan om. Kata Adrian suara kamu bagus banget.” Ucapnya masih dengan senyum keramahan.
“Nyanyi om, Ma’af tapi Adrian itu bo..........” Belum sempat aku mengucapkan kalimat terakhir seseorang sudah berteriak dari atas panggung memanggil namaku.
“Alia Dafa Nadya, dipersilahkan untuk menuju panggung.” Adrian mengulurkan tanganya, mengajakku naik bersamanya. Tapi aku masih memandangnya tajam, kuharap ia bisa mengerti bahasa kemarahan yang kusiratkan dengan kedipan mata.
“Yaelah kenapa matanya kelilipan.” Ia malah bercanda sambil tetap memaksaku naik ke atas panggung.
“Ayo.....Alia, jangan malu-malu.” Keramahan om Adrian memebuat luluh juga. Awas nanti kalau acara ini udah selesai. Habis kamu sama aku!!!!
“Iii iy.yya om” Jawabku ragu sambil menuruti perintah om dan keponakanya bernama Adrian, cowok usil super nyebelin.
Aku mendapati Adrian yang masih senyum-senyum g’ jelas sambil melirik mik dihadapanya dan memberikanya padaku.
“Aku yang main gitar, kita nyanyi bareng.” Ucapnya kemudian seraya mengambil gitar yang tampaknya begitu sering kulihat.
“Tunggu, ini kan gitar aku.”
“Kamu punya gitar, tapi g’ bisa main.”
“Yah, ibu aku yang beliin, kamu kira belajar main gitar itu g’ sulit, kalau g’ ada yang ngajarin.” Balasku sewot.
“Oke, kalau kamu, mau nyanyi dengan bagus hari ini, aku janji akan ngajarin kamu main gitar, gimana?”
“Tapi aku g’ bisa nyanyi Adrian,kamu asal aja kalau nyuruh.” Tegasku lagi, yang dimarahin malah berlalu pergi dan kembali membawa handphone.
“Gw tahu koq, keinginan loe yang belum terwujud, adalah nyanyi di depan orang banyak, saat pensi, loe selalu tiba-tiba nangis ngelihat temen cewek loe  yang lagi nyayi acoustic. Dan rekaman di hp ini, membuktikan kalau suara loe itu aslinya bagus. Aliaaaa” Ucapnya setengah berteriak dihadapanku yang masih heran dengan semua pernyataan yang kenyataanya memang benar. Dan rekaman di hp itu gimana caranya bisa ada di handphone. Itu salah satu dari rekaman g’ jelas tentang aku yang lagi nyanyi skyscrapper-nya Demi Lovato tanpa diiringi alat musik. Dan semua rekaman itu aku lakukan di laptop milik.............Ya ampun aku ingat.
“Kamu dapat ini dari Sani?”
“Maybe” Jawabnya masih sibuk dengan gitarku.
Aku segera mengedarkan pandanganku ke segala arah, dan mendapati Sani yang melambaikan tangan seolah tersenyum puas turut andil mengerjaiku bersama Adrian.
“Udah siap.” Pandanganku ke arah Sani teralihkan oleh suara Adrian yang mulai memainkan musik.
“Siap apanya?????” Tapi ia tetap melanjutkan permainan gitarnya tanpa menghiraukan keluhanku. Apa boleh buat, aku mulai menikmati setiap nada yang ia mainkan. Aku mengenal lagu ini, tanpa sadar aku mulai menyanyi membaur dengan irama lagu a thousand years yang ia tawarkan padaku.
Heart beat fast
Color and promises
How to be brave
How can i love when i’m afraid to fall
But watching you stand alone?
All of my doubt
Suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid.
I have loved you for A thousand years.
Tepuk tangan itu masih menggema di telingaku. Mereka semua menyukai penampilanku. Ini semua keajaiban bagiku. Keponakanku saja mengnggap suaraku seperti radio rusak.
“Kamu hanya takut untuk mencoba, karena krisis percaya diri, kalau aku belajar untuk memperbaiki sikapku, belajarlah untuk percaya pada kemampuan diri sendiri Aliya.” Ucapnya seraya mengambil mik di hadapanku. Aku hanya tertegun mendengar penuturanya. Benar Adrian, kamu memang benar dari dulu, aku selalu minder dengan sgala kekuranganku, aku tak pernah bisa bebas bergaul dengan semua orang,karena aku takut mereka tak bisa menerimakekuranganku. Aku janji akan belajar percaya bahwa Allah menciptakan manusia dengan semua kelebihan dan kekuranganya.
“perhatian semuanya?” Teriakan keras Adrian di depan mic memebuat semua orang terdiam.
“Wanita di samping saya ini, adalah teman terbaik saya beberapa hari ini, dia yang telah menyadarkan saya bagaimana caranya menghargai hidup sendiri, memaafkan masa lalu dan mencoba memperbaiki diri. Karena itu saya ingiin mengucapkan terima kasih sama dia. Eh dia hari ini lagi ulang tahun yang ke-18 loh. Kalau boleh saya minta, para hadirin untuk menyanyikan sebuah lagu khusus buat Alia.”
“Selamat Ulang tahun......selamat ulang .........Selamat Ulangtahun...Selamat ulang tahunya semoga panjang umur.....yeeeeee!”
“Selamat Ulang tahun ya Alia.”
“Aliya, selamat ulang tahun.”
Mereka semua mengucapkan selamat ulang tahun padaku, padahal dulu, hanya aku ibu dan Sani yang biasanya merayakanya bersamaku.
“Dan ini buat kamu Alia” Ujar Adrian, tiba-tiba sambil mengalungkan liontin berbentuk hati di leherku.” Aku memandangnya bahagia dengan tatapan mengucap terima kasih, ia hanya mengangguk dan memelukku pelan. Ia berbisik lembut di telingaku.
“Aku cinta sama kamu Aliya, kamu mau jadi pacarku?” Ia melpaskan pelukanya dan memandangku seolah menunggu jawaban dariku. Dengan masih mengulum senyum, aku mengangguk dan menjawab dalam hati.
“Aku mau Adrian.”
“Baiklah untuk merayakan pesta pernikahan om saya dan hari jadian saya sama Aliya gimana kalau kita nyanyi lagi.” Ucap Adrian lantang disambut meriah oleh para tamu undangan.
Kupejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedetikpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang Tuhan sedang titipkan. Padamu...padamu.....
Untukku............untukku.......
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
Kupastikan aku kan slalu ada untukmu.


Aku tahu dulu...........kamu hanya mimpi Adrian. Mimpi yang hanya bisa hadir saat aku terlelap dalam malam. Tapi kini, kamu benar-benar ada di sini bersamaku. Dan aku tahu......... Hidupku akan berubah sa’at Adrian datang.

Senin, 03 Februari 2014

Cover

Kali ini aku mau tunjukin sesuatu spesial di hari yang spesial........... Ingat..... Anggaplah semua hari spesial agar pengalamanmu juga slalu spesial dan so sweeet tentunya. Baru-baru ini iseng upload lagu yang aku nyanyikan cover, suaranya ya gitu lah jelek hehehehe
Tapi ya sudahlah sepatutnya kita mencoba suatu hal yang baru daripada terus terpaku denga sesuatu yang lama dan itu-itu saja. (sebenarnya aku masih gitu juga sih) nih kalu kalian mau denger suaraku yang belepotan,wkwkwkwkwk



Kamis, 02 Januari 2014

BUNGA DESEMBER


lama juga ya udah g' pernah pos cerpen
Kali ini nih cerpen sedikit gokil ..................biar ganti suasana gitu, hehehehe

“Apa yang akan loe lakuin sa’at berada pada dua pilihan yang sulit?”
 Jemari ini masih saja menggelitik diantara tuts-tuts handphone yang berusia hampir lima tahun, tombol hurufnya pun kian pudar dengan banyak goresan kasar di tubuhnya, walau bagaimanapun ia pacar setia yang slalu ada di setiap gw butuh.
Ngomong-ngomong soal pacar setia, lucu juga, jika harus membahas yang satu itu, sebenarnya sih gw berminat, hanya saja gw sedikit canggung membicarakanya atau bahkan membayangkanya di fikiran. Heii!!! That’s no important for me!!! G’ penting untuk jadi bahan bakar di otak jenius gw!! Waduh omongan gw udah mulai ngawur!! Hihihihihihi J
“Intaaaaaaaaan huwahuwahuwahuwa”
“Aihhhhhhhhh” Gw hampir saja loncat ke atas bangku sambil goyang onye unyu is in the hoi, ups salah!!!! koq jadi keseleo ke arah sinetron yang sering gw tonton. Oke kembali ke laptop! Reni tersenyum licik sembari mengalungkan lenganya menggamit leher dan kembali bersuara mistis, mungin dia punya bakat buat jadi bintang film horor kali ya, (iya kaleeeees, males banget gw mikirin masa depan ni anak, emangnya gw maknyee!!!!)  Karena saking kagetnya jantung gw, hingga harus memforsir tenaga dan memompa darah sedemikian cepatnya(lengkap banget pembahasanya -_-) . Dan akhirnya gw pun menjawab dengan gelagapan.
“Aa.....da.... ap....a sih...llloe....” Ih, dengan kasar gw kibaskan lenganya jauh-jauh, tapi tak sesuai duga’an ternyata ni anak songong banget, dia tetap bersikukuh mempertahankan posisinya. Reni loe cari masalah sama gw. Duel antara Reni dan gw dimulai.......Tangan gw melaju ke kanan menggempur sisi kelemahan Reni,Eh ia malah berlenggok ke kiri, sambil nggelitik perut gw. Tau sendiri kan, gw bakalan g’ tahan digituin.
“Fiyufiiyufuhfuhfuhhfuh” Aduh dia sok bertingkah imut dengan berucap kata itu, tepat di hadapan wajah gw, bahkan air liurnya mulai loncat-loncat di pipi kiri gw, maksud apaan coba??? Dia pakek niupin wajah gw, nafasnya bau jengkol lagi, waduh sarapan apaan sih loe, tolong......tolong gw mau pingsan......Ngelihat gw batuk-batuk sesak napas sambil ketawa geli karena digelitikin, lalu batuk lagi lalu ketawa lagi (g’ konsisten banget sih :P)nggak bikin dia begitu aja merasa iba, dia makin giat melancarkan seranganya.
“Uhuk...............uhuk weeeeeeeeek weeeeek....ren u...dda,h gw maaaau muntaaaaaah” Tanpa sadar si Reni ngelepasin peganganya dan gw langsung muntah ke samping bangku.
“Hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!” Gw udah g’ ngegubris teriakan jijik temen-temen, ini merupakan panggilan alam perut yang tidak bisa ditolerir pengeluaranya. Belum puas gw muntahin semua isi nih perut, seseorang menyeringai jahat di atas kepala gw. Tunggu....tunggu kayaknya gw tau nih suara siapa, gw mulai memperjelas penglihatan yang tadi kabur gara-gara sakit perut.
“OMG!!!!” Ternyata dari tadi gw muntah tepat di atas sepatu cowok, dengan takut-takut gw melirik siapa pemilik sepatu malang ini. Dengan senjata senyuman manis dan cute ala boneka barbie milik gw yang limited edition, gw mulai mendongak ke atas bermaksud untuk meminta ma’af.
Gw hampir aja melanjutkan muntah season 2 ke wajah tuh cowok.
“Hahahahahha ...............ternyata loe hahahaa. Aduh ren gw g’ bisa berhenti ketawa....”Gelak tawa gw menggelegar memenuhi seisi ruangan kelas. Gw g’ nyangka akan sebahagia ini rasanya membuat kesialan super hebat yang bakal dia catet di memori otaknya sampai kapanpun. Dia tak lain dan tak bukan adalah musuh bebuyutan gw “Rika”. Lucu juga ya tuh nama. Dulu gw kira dia perempuan, eh g’ taunya dia cowok stress yang suka bikin ulah, gw bingung sama temen-temen cewek gw di sekolah, mereka semua berlomba-lomba buat nggebet nih anak, bahkan ada juga loe cowok yang pernah nembak dia. Waduh..........wajah mirip ondel-ondel kayak dia aja jadi impian. Hello......apa stok cowok ganteng di dunia udah habis ya.......
“Gendut!!!!!!!! Awas loe, ganti sepatu mahal gw!” Seringainya semakin jelas terdengar bahkan lebih jahat daripada serigala yg sedang mencari mangsa, waduh!! Nih anak perlu diwaspadain juga.
“Whaaaaat!!! Berapa kali gw bilang, itu bukan nama gw.  Loe katarak apa rabun sih, loe g’ bisa baca ya nama gw yang cantik nih...............nih “  Kata gw sambil nunjuk-nunjuk  bet nama gw sadis, kayak guru killer yg lagi marahin muridnya.
“Mau nama loe Intan kek gajah bengkak kek, gw g’ peduli, loe harus tanggung jawab” Bentaknya kian keras sambil melotot (awas keluar tuh mata!)
“Ngapain gw tanggung jawab. Emang gw udah hamilin loe.heh????” Temen-temen yang lain langsung ketawa denger omongan barusan. Syukurin!! Sekarang malu kan loe!!
“Lagian lebih bagus juga tuh, itung-itung gw bantu cuci sepatu loe yang baunya lebih parah dari mulutnya si Reni?”
“Eh koq gw” Tiba-tiba si Reni langsung angkat bicara.
“Udah-udah loe diem aja Ren, gw lagi belain loe”
“Waduh sarap nih bocah.” Gumam Reni
“Gendut sini loe, terima pembalasan gw.”Wajah si Rika kembali merah padam seraya mengambil ancang-ancang buat ngeluarin jurus seribu bayanganya (loe kira kita lagi nonton Naruto)
“Waduh tan, dia mau ngejar kita.” Si Reni udah kelabakan dengan keringat dingin di sekujur tubuh, bersembunyi di balik punggung gw.
“Ren, tenang aja, hal yang pertama-tama harus kita lakuin adalah........ Kabuuuuuuuuuuuuuuur!” Tanpa pikir panjang lagi gw langsung ambil langkah seribu meninggalkan sang kawanku yang paling menyebalkan di jagad raya ini..
“Tan, koq gw diinggalin sih.”
Senin, 23 Desember 2013
Hari ini gw bahagia banget, gw berhasil membuat Rika kesel dan malu setengah mati di hadapan orang banyak. Meskipun ini semua g’ sebanding dengan semua rasa benci gw sama dia.
Diary.............
Andai di akhir Desember ini, waktu berjalan dengan lambat, seperti kapal yang diperlambat dengan jangkar, Semoga harapan ini bukan hanya mimpi sirna seperti tahun lalu, semoga gw dapat menghirup aroma bunga desember di genggaman seorang pangeran.
wkwkwkwkwk.........mendadak puitis neh, biarin dahhh...........tarik mang (lu pikir lagi naik angkot nih -_-)
Sejurus kemudian gw segera menutup buku diary yang amat gw sayang melebihi si Reni (ngapain tuh anak kebawa-bawa lagi hadehhh) takut ada yang ngintip rahasia sang Putri hehehe. Malam hari yang hening, bikin gw BT dalam kamar. Memandangi serumpunan ilalang dan rumput yang bergoyang. Haruskah gw bertanya pada mereka (ketahuan banget g’ punya temen buat diajak ngobrol) Huwaaaaaaaaaa!!! Tau sendiri deh gw lagi kesepian.. Kalau udah gini nih, gw jadi inget kejadian tadi pagi.
“Gendut.....awas loe!” Teriakan si jelek Rika itu masih aja lari-lari di fikiran gw, g’ capek apa?? Apa dia g’ tahu, meskipun gw anaknya pendiam dan berhati malaikat (cielah ketahuan banget bohongnya) lama-lama sakit hati juga gw dipanggil kayak gitu terus.
Tapi emang bener sih......Badan gw emang bulet kayak bola, meskipun berkali-kali gw bilang cute tetep aja kagak ada imut-imutnya. Melas banget deh wajah gw memandangi gestur tubuh di depan kaca , mendingan gw pindah aja ke jalan raya sambil bilang “paaak minta paaak”.
Dari dulu gw dan Rika udah kayak Tom and Jerry, gitu sih yang dibilang temen-temen. Ini semua karena dia sendiri, yang mulai........ Dia suka ngehina orang miskin lantaran dia kaya, ngebully anak-anak culun, dan sok kece karena dikejar-kejar cewek seantero sekolah.  Gw juga sempet jadi sasaran empuk dia buat bersenang-senang di atas penderita’an orang lain, dia pernah permaluin gw di depan umum dengan ngehina gw seenak jidatnya. Nuduh gw kirim surat cinta sama Randy. Alhasil sekarang Randy ogah banget lihat muka gw, Gw pikir-pikir nih anak PD banget ya, padahal gw juga g’ suka ama dia, kenapa dianya sendiri yang merasa gw kejar-kejar...Pernah dia sampe’ mbentur tembok gara-gara ngehindar ketemu sama gw di koridor sekolah.Gw hanya bisa geleng-geleng kepala dan memendam misi dendam kesumat sama si Rika, karena udah mencemarkan nama baik gw.Dan sekarang gw udah g’ takut lagi ama dia. Bisa dibilang gw nih wonder womanya kaum-kaum lemah yang dia bully, makanya dia illfeel bin benci tujuh turunan sama gw. Kalo dia udah panggil gw gendut gw juga akan siapin panggilan paling mesra di dunia bahkan melebihi mesranya gw sama si kucing piaraan tetangga (waduh anak orang lo sama’in kayak kucing), yaitu cowok banci homo yang jarang mandi....... Cewek-cewek g’ tau aja bau sepatunya yang bahkan sempet gw bandingin sama kandang sapi. Sumpah ane jujur........bau bangettt....Gw tau info paling menghebohkan ni sa’at mencoba nyembunyiin tuh sepatu. Alhasil gw malah pingsan sendiri dan gw dibangunin Rika dengan nyiramin air comberan ke muka gw..   Kurang ajar banget tuh cowok.... Wkwkwkwkwk kalau inget kejadian itu gw jadi ketawa-ketawa ndiri (jadi curhat nih bu’ ceritanya????).

BERSAMBUNG

Links

Office

 
Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver