Melodi Cinta
Indah kata yang kau rangkai,
menghiasi nada-nada indah yang kau mainkan dalam piano itu. Jemari tanganmu
bergerak lincah seakan tak terhenti di atas alat music kesayanganmu itu. Aku
hanya dapat tersenyum. Alunan pianomu membuatku tersenyum. Melodi cinta aku
menyebutnya. Karena dalam indhnya irama itu muncullah suatu rasa yang tak dapat
ku ungkapkan
Panasnya sinar mentari, membuat
tubuhku basah akan peluh. Aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. Ketidaksabaran
ini memaksaku untuk setengah berlari menyusuri jalanan yang masih lengang.
“Bruk!” Sebuah sepeda model tua
menabrakku dari pertigaan jalan.
Laki-laki yang menaiki sepeda itu
membenarkan posisi sepedanya sambil dengan kasar berucap padaku.
“ Gimana sih mbak! Kalau jalan yang
hati-hati dong!” Ujarnya setengah membentak. Aku heran, melihat tingkahnya ia
sama sekali tak merasa bersalah, membuatku sangat kesal. Aku hanya diam, dengan
menatapnya tajam aku menahan amarah. Tak sedikitpun kata terlontar, meski aku
sangat ingin memakinya. Aku biarkan ia berlalu, pergi meninggalkanku seorang
diri.
Suasana sekolah SMA hari ini sama
seperti biasa. Semilir angin berhembus pelan membelai rambut hatiku yang mulai
berantakan. Hari ini aku datang terlambat. Untung saja aku masih sempat
mendahului Bu Rina memasuki kelas.
 : Bu Rina melangkah perlahan, di
belakangku tampak seorang pemuda yang wajahnya terlihat taka sing bagiku.
Tunggu! Dia laki-laki yang menabrakku kemarin siang. Apa yang ia lakukan di
sini ?
Aku tak percaya. Benar duga’anku,
laki-laki menyebalkan yg tak pernah ingin kutemui lagi itu akhirnya menjadi
teman sekelasku. Betapa kesalnya aku melihat dia dengan wajah tanpa dosa tanpa
rasa bersalah sedikitpun tak mengenaliku.
Pukul 14.00. Aku masih saja berada
di sekolah. Hari ini jadwal ekskul musikku harus kupenuhi. Kecinta’anku bermain
music membuat badanku tak kunjung penat.
Dalam hati, aku masih teringat akan
masalah bapak. Kepergianya ke rumah wanita lain, semakin membuat hati ibuku
pedih. Belum lagi kekerasan yang ia lakukan sudah cukup membuat kami tersiksa.
Aku sungguh tak habis fikir, masih saja ibuku menyimpan cinta, pada laki-laki
yang sudah mengkhianatinya berulang kali itu. Kehidupan keluargaku yang rumit
ini mendesak ekonomi keluargaku menjadi semakin buruk.
Tak terasa dengan segala lamunanku
yang sudah jauh ke seberang. Tiba-tiba aku mendengar suara, sebuah suara yang
slama ini ingin aku dengar. Suara yang selalu membuatku tersenyum. Suara ini
adalah suara melodi cinta dari mimpiku. Perlahan namun pasti kulangkahkan kaki
menuju mimpi yang tlah aku dengar.
Irwan ! Aku sangat terkejut, melihat
ia yang telah memainkan melodi cinta itu. Ia yang telah memainkan nada-nada
yang selama ini slalu ingin kuingat. Aku hanya terpaku memandangnya. Bagai tak
berdaya, aku hanya diam seribu bahasa, mendengar irama yang keluar darinya
meresap dalam jiwaku. Entah mengapa ? Hatiku yang galau dibelenggu masalah ini
tentram begitu mendengar permainan indah pianonya. Setiap kebahagia’anku seakan
hadir membawa kesedihaku pergi jauh sampai sedikitpun tak dapat kurasa lagi.
Sa’at aku terlena dalam duniaku
sendiri. Tiba-tiba permainan pianonya berhenti, sepertinya ia menyadari
kehadiranku.
“Heh? Kamu ngapain berdiri d situ?” Tanyanya tiba-tiba.
“Aku Cuma mau ngeliat kamu main piano kok? Emangya g’ boleh”
Jawabku membentaknya.
“Bukan gitu maksudku” Sergahnya kemudian.
“Ah! Udah deh!” Ujarku sambil berlalu meninggalkanya. Aku tak
lagi memperulikan suara Irwan yang memangill-manggilku dari belakang. Semakin
jauh suaranya tidak lagi ku dengar.
Pagi ini di sekolah aku hanya duduk
termangu. Bunga-bunga bermekaran di taman seakan mengingatkan Susana hatiku
yang tengah layu sa’at ini
“C inta, kenapa kamu?”
Suara itu! Sa’at itu juga aku
menoleh dan mendapati Irwan duduk di sampingku.
“Irwan!” Kataku singkat. Ia hanya
mengangkat bahu. Ku tau ia ingin aku menjawab pertanya’anya.
“Ngapain kamu ke sini?” TAnyaku
masih dengan kekesalan.
“Emangnya nggak boleh aku Tanya?
Seorang teman kan harus saling membantu?” Kalau kamu ada masalah crita aja?
Siapa tahu itu semua bisa membuat hatimu sedikit lega?”
Aku tak tahu mengapa? Kata-katanya
ingin membuatku membagi masalahku denganya.
“Bapak sudah menceraikan ibuku wan!”
Irwan tampak terkejut. Wajahnya yang
sedari tadi tersenyum mendadak tegang mendengar perkata’anku.
“Aku benar-benar nggak tega, ngeliat
ibu aku selalu sedih. Kesedihanya adalah kehancuran bagi hidupku.
Keterpurukanya membuatku tak punya semangat hidup lagi. Sekarang apa yang harus
kkulakukan, wan?” Tanyaku sambil terisak. Aku tak tau sejak kapan pipiku mulai
basah.
“Hidup itu akan terus berputar, sama
seperti bumi yang akan terus berputar. Selama degup jantung kita masih terasa.
Selama itu juga hidup kan terus berjalan. Hidup yang kita jalani ini, tidak
akan selalu bahagia, tidak akan selalu menjadi apa yang seperti kita inginkan.
Asalkan kita bisa menghadapi segala sesuatunya dengan tegar, kita akan bahagia
menjaalani hidup ini”
Ia menghentikan kata-katanya dan
tersenyum padaku. Tak kusangka semua ucapanya membuatku tenang.
“Terima Kasih!” Kataku sambil tersenyum
tipis
Tiba-tiba ia mengajakku ke suatu
tempat. TEmpat yang aku kenal.
“Tempat ini……………………….” Aku mulai
bergumam
Ini adalah tempat untuk anak-anak
ekskul music. Ia membawa tanganku menuju sebuah piano besar. Alat music yang
slalu ingin aku mainkan dalam kelas ini.
Ia memainkan lagi nada-nada indah
itu. Melodi cinta yang selalu ingin aku dengar. Melodi cinta yang membuatku
tersenyum. Karena di sanalah tercipta suatu rasa yang tak dapat diungkap. Kini
ku yakin Irwanlah “PANGERAN MELODI CINTAKU”.