TERNYATA DIA
Suasana senja yang berhiaskan langit kelabu, menyelimuti seisi ruangan. Dingin mulai menyeruak. Dalam hening aku masih saja berdiri di depan pintu, bel istirahat, tak membuat murid lain keluar. Rintik-rintik hujan yang mulai deras menahan mereka untuk tetap berada di dalam kelas.
Tiba-tiba tak sengaja pandangan mataku menangkap sesosok tubuh yang aku kenal, ia menoleh dan lagi-lagi tak kuharapkan aku beradu pandang denganya, hanya sekejap, ia langsung memalingkan pandanganya dariku.
Laki-laki itu, mungkin tau apa yang kurasa, padahal sudah kututup rapat-rapat rahasia perasan yang tak berarti ini, tapi apakah ia tahu? Kalau memang benar hal itu ? tampak begitu bodohnya aku terus mengharapkanya.
Hujan deras itu kini mulai reda,tapi dinginya suasana langit yang kelam masih terasa, ulangan super sulit yang kujalani tadi, membuat fikiranku jenuh. Akhirnya bel pulang sekolah yang kunanti datang juga. Entah kenapa ? atau karena sudah terbiasa, hatiku mulai mencari-cari wajah yang tak sengaja kulihat tadi. Aku tak tau mengapa sosok itu bias membuat jiwaku tenang, padahal ia sama sekali tak perduli padaku. Aku hanya diam dan menatapnya dari jauh, dan ia tampaknya sama sekali tak menyadari akan hal itu, tapi taka pa hanya dengan melihatnya keresahan hatiku telah terobati.
Ponselku tiba-tiba saja bergetar, ada pesan masuk dari nomor tak dikenal mencoba menghubungiku dari tadi, perlahan kubaca pesan darinya.
“Aku teman sekelas Rani, buku milikmu yang dipinjam Rani, kini aku yang pinjam, boleh kan ? :D”
“Ea, pinjam aja” Balasku singkat
“Terima kasih Sari :D” Katanya lagi
Siang hari yang panas, aku segera bergegas menuju kelas. Aku sangat terkejut melihat Adit, laki-laki yang slalu aku cari keluar dari kelasku. Aku tak sengja berpapasan denganya, namun lagi-lagi, tanpa senyum, tanpa sapa, ia begitu saja berlalu dari hadapanku.
Kulihat buku Rani sudah ada di atas bangku tempat ku duduk. Dan ponselku kembali bergetar. Satu pesan masuk dari nomor misterius kemarin.
“Aku sudah mengembalikan buku millikmu. :D”
Aku terkejut membaca sms ini, mungkinkah ? Adit yang sudah meminjam bukuku, lagipula Adit sekelas dengan Rani, jadi mungkin saja ia yang telah mengirim pesan ini. Tapi segera kubuang pikiran itu jauh-jauh. Aku tak ingin terlalu berharap pada sesuatu yang tak pasti, karena itu hanya akan membuatku kecewa untuk yang kedua kalinya.
Hari ini adalah hari yang tak mengecewakan bagiku. Pengumuman singkat di majalah dinding sekolah membuatku amat bahagia. Aku berhasil masuk menjadi anggota siswa baru dalam kelas favorit. Kelas unggulan yang slama ini sangat kuinginkan untuk menjadi salah satu bagian darinya. Bahkan dari hari itu, aku berjanji pada diriku nsendiri. Aku akan menjadi murid yang mewakili sekolah dalam olimpiade bulan Mei mendatang, karena itulah satu-satunya jalan agar aku bisa membuat orang tuaku bangga padaku.
Pelajaran tambahan untuk kelas favorit dimulai, tapi sial, kelihatanya aku akan terlambat, kupercepat laju langkahku melawan waktu menuju ruangan kelas yang tampaknya masih jauh.
“Anindya Sari!”
“Saya pak” Spontan aku menjawab dari balik pintu, mendengar guru memastikan kehadiranku. Pak Rendra hanya diam, melihatku yang bersimbah peluh, tersenyum penuh malu.
“Ma’af pak, saya terlambat.”
“Tak apa, sekarang kamu boleh duduk Sari”
Aku segera mematuhi perintah Pak Rendra, beruntungnya aku, guru yang terkenal dengan kedisiplinanya itu mengizinkanku duduk. Tapi tunggu, langkahku seketika terhenti, semua bangku sudah penuh, hanya penuh hanya tersisa satu bangku, di samping seseorang yang benar-benar tak kku duga ia aka nada di sini.
“Adit” Teriakku dalam batin.Adit hanya tersenyum, ia langsung berdiri dan mengisyaratkanku agar duduk di sampingnya.
Semilir angin membelai lembut rambut ikalku, gemericik air yang mengalir tenang, membuat hatiku sedikit damai. Aku duduk terdiam di belakang gedung sekolah. Di sini adalah tempat favoritku untuk berdiam diri.
Kenapa Adit ? Mengapa kau selalu hadir di sa’at yang tidak tepat. Perasaan hatiku tak menentu bila ada di dekatmu ? Jadi bagaimana aku dapat bersikap optimis dengan segala usahaku untuk meraih mimpi yang slama ini ingin kugapai, jika fikiranku hanya terpusat padamu.
Dering ponselku yang bergetar, seketika membuyarkan lamunanku. Nomor ini lagi-lagi mengirim pesan tak jelas.
“Apa yang terjadi ? MEngapa kamu terlihat sedih dan hanya sendiri di sana Sari ?”
Untuk kesekian kalinya aku terkejut membasa sms ini. Kucoba berdiri dan melihat sekeliling, tampaknya ada yang tengah memperhatikanku, tapi tak dapat kutemukan sosok itu, tak ada satupun orang yang kulihat.
“Siapa kamu sebenarnya ?” Aku coba membalas pesan darinya. Lama sudah kutunggu jawaban dari si misterius itu, dan benar dugaanku, ia tak membalas pertanyaanku.
Akhirnya bersusah payah aku selalu berusaha aktif di sdluruh kegiatan dalam kelas favorit. Aku senang betapa semua kawan-kawanku termasuk Adit dapat bekerja sama dengan baik, mendukungku mewakili sekolah di olimpiade bulan Mei,yang slama ini adalah impian besarku untuk mengikutinya. Yah,walaupun aku tak dapat terlalu dekat denganya. Tapi aku tak lagi merasa aneh saat ia berada di hadapanku.
Suasana senja yang cerah, melengkapi senyuman yang menghiasi hariku saat ini, aku hanya duduk termenung di samping serumpun ilalang yang mulai tumbuh tinggi. Tampaknya sudah lama aku, aku tidak mendatangi tempat ini.Tempat favoritku berdiam diri. Dalam kesendirianku saat ini, aku sangat bahagia, karena semua mimpi yang ingin kucapai kini dapat terwujud.
Lamunanku buyar seketika, saat kudengar bunyi dering yang keras dari ponselku, pesan misterius ini masuk lagi. Aku baru tersadar, si misterius ini tak pernah menghubungiku, setelah dengan tegas, aku bertanya akan siapa dia sebenarnya.
“Kali ini, bukan murung yang yang aku lihat dari wajahmu. Inilah yang ingin kulihat senyuman darimu. Tetaplah seperti ini, karena aku juga akan bahagia melihatmu bahagia.” Pesan yang begitu singkat ini membuatku tersentuh
“KAu senang membacanya Sari ?”
Tiba-tiba sesosok tubuh menepuk lembut pundakku dari belakang. Aku terkejut melihat Adit di sana tersenyum padalku.
“Ma’afkan aku ya Sari. Aku tak bermaksud mengganggumu.”
Ia duduk di sampingku. Dengan senyum dan sapa yang slama ini slalu kuharapkan darinya.
“Aku menyukaimu Sari.”
Pengakuan itu cukup membuatku tertegun, tak kusangka ia akan berucap seperti itu padaku. Aku hanya diam, tak satupun kata dapat keluar dari bibirku. Wajahnya yang penuh tanda Tanya, memaksaku untuk menjawab. Tanpa sadar aku mengangguk, mengiyakan keinginannya itu padaku. Seketika itu kulihat seorang Adit yang slalu bersikap dingin, tampak berseri-seri memandangku. Ia membelai rambutku pelan.
“Terima kasih Sari!”
Aku tersenyum menyambutnya, menyambut dia yang tiba-tiba saja hadir dalam hidupku, menyambut cintanya yang telah mengisi sebagian dari ruang hatiku. Andai kau tau aku amat bahagia, bahagia melihat dia yang slalu kunanti kini bukan lagi hanya menjadi sebuah baying semu, tapi datang membawa segenggam kebahagiaan yg ia persembahkan untukku.